JAKARTA – Apa yang ada dibenak jika bicara Tanjung Priok? Pastinya langsung tertuju ke Pelabuhan Tanjung Priok , Jakarta Utara. Zaman dahulu Tanjung Priok merupakan pelabuhan prasejarah sejak zaman penyebaran agama Hindu. Kemudian, pemerintah kolonial Belanda mengembangkan Tanjung Priok benar-benar menjadi kawasan pelabuhan komersial pada akhir abad ke-18.
Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan kawasan Tanjung Priok sebagai pelabuhan baru Batavia pada akhir abad ke-19 untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah baratnya karena terlalu kecil untuk menampung peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi akibat pembukaan Terusan Suez.
Baca juga: Museum Nasional, Perunggu Gajah Hadiah dari Raja Thailand
Berdasarkan laman shipsapp.co.id yang dikutip SINDOnews, Jumat (2/4/2021), pembangunan pelabuhan baru dimulai pada tahun 1877 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881). Beberapa fasilitas dibangun untuk mendukung fungsi pelabuhan baru di antaranya Stasiun Tanjung Priok (1914).
Pengerjaan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada Mei 1877 dan selesai tahun 1886. Dimulai dengan pembangunan Pelabuhan I setelah ada ketentuan bahwa kegiatan Pelabuhan Sunda Kelapa dipindahkan ke Tanjung Priok. Perencana pelabuhan ini adalah Ir J.A.A Waldrop, insinyur asal Belanda, sedangkan pelaksananya adalah Jr J.A. de Gelder dari Departement B.O.W., seorang Insinyur Perairan.
Pelabuhan Tanjung Priok pada masa Hindia Belanda. Foto: source google, shipsapp.co.id
Dengan diresmikannya Pelabuhan Tanjung Priok pada 1886, kegiatan pelabuhan utama Batavia yang semula berada di Kali Ciliwung sekitar kasteel Batavia dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Priok kemudian Pelabuhan Kali Ciliwung dikenal dengan nama Pelabuhan Pasar Ikan.
Pada tahun 1914 dimulai pembangunan Pelabuhan II. Pemborong bangunannya adalah Volker. Tahun 1917 pembangunan selesai dengan panjang kade pelabuhan 100 meter dan kedalaman air 9,5 meter LWS. Sedangkan, bendungan bagian luar diubah dan diperpanjang dengan lebar kade 15 meter untuk double spoor kereta api dan kran-kran listrik. Tahun 1917 dibangun juga tempat penyimpanan batubara oleh NISHM serta tempat penyediaan bahan bakar oleh BPM dan Shell.
Pelabuhan III mulai dibangun tahun 1921, tetapi terhenti akibat Malaise. Kemudian dilanjutkan kembali tahun 1929 dan selesai tahun 1932 dengan panjang kade 550 meter di sebelah barat.
Pada masa pendudukan Jepang, Pelabuhan Tanjung Priok dikuasai Djawa Unko Kaisya yang berada di bawah Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Kondisi pelabuhan sebagian rusak, khususnya sengaja dirusak oleh Belanda yang menyerah kepada Jepang (7 Maret 1942).